*Baik itu TNGL, hutan lindung, maupun hutan konservasi.
*Karena seringnya banjir yang terjadi di Bumi Sepakat – Segenap, yang mengakibatkan kerugian fasilitas umum, inftastruktur, dan bagi warga.
Oleh: Januar Pagar M.Lubis
PENDAHULUAN
Daerah yang dahulu dikenal dengan lanskap hijau dan kekayaan alam yang melimpah, kini kian akrab dengan bencana.
Persoalan banjir tak lagi datang sebagai tamu musiman, melainkan sebagai ancaman rutin yang meluluh-lantakkan harapan masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
PERLUNYA MENJAGA HUTAN
Disamping arus deras yang menghanyutkan dan lumpur yang menenggelamkan, terdapat satu kenyataan pahit yang tak bisa disangkal, bahwa hutan kita kian rusak, dan ini bukan terjadi secara alami, melainkan ulah manusia yang tidak bermoral.
Kawasan hutan sejatinya adalah sistem penyangga kehidupan. Ia menyerap air, menyimpan cadangan, menjaga kestabilan tanah, dan menahan laju erosi.
Tapi ketika hutan ditebang semena-mena, akar-akar tak lagi menahan tanah, dan air hujan berubah menjadi arus destruktif (merusak) yang menyerbu permukiman dan persawahan.
KELALAIAN & PEMBIARAN KERUSAKAN HUTAN MENIMBULKAN DAMPAK SERIUS
Apa yang terjadi di Aceh Tenggara mencerminkan kealpaan kita dalam menjaga amanah alam.
Perambahan hutan/penebangan liar, alih fungsi lahan, dan aktivitas ilegal lainnya seolah dibiarkan mengoyak jantung bumi Aceh Tenggara.
Kawasan Hutan-hutan yang dulu rimbun, kini banyak menyisakan jejak ekskavator dan luka ekologis yang besar.
Dampaknya, bahaya banjir menjadi tak terhindarkan. Bukan hanya rumah yang hanyut, tetapi juga harapan, kehidupan, dan rasa aman.
Tragedi ini semestinya menjadi tamparan keras. Tidak cukup hanya prihatin. Tapi, diperlukan tindakan nyata dari semua elemen.
UPAYA TEGAS dan NYATA PENTING DITERAPKAN DILAPANGAN
Pemerintah harus bersikap tegas. Penegakan hukum tak boleh ragu, apalagi tebang pilih. Pelaku perusakan hutan harus ditindak, tanpa kompromi.
Namun, menjaga hutan bukan hanya urusan aparat. Masyarakat lokal harus dilibatkan sebagai ujung tombak, apalagi yang tinggal di sekitar hutan.
Mereka perlu diberikan alternatif ekonomi yang tidak merusak lingkungan. Edukasi, pelatihan, dan insentif bagi pelestari alam akan menumbuhkan kesadaran kolektif, bahwa hutan bukan sekadar sumber kayu, melainkan sumber kehidupan.
Upaya rehabilitasi hutan juga tak bisa ditunda. Reboisasi harus digalakkan. Kawasan-kawasan kritis penting dipulihkan, agar hutan kembali menjalankan fungsinya sebagai penyeimbang lingkungan.
Rentang waktu jangka panjang, melaksanakan dan membangun budaya cinta lingkungan—melalui pendidikan dan kampanye publik—akan menjadi investasi penting, bagi keberlanjutan bumi Aceh Tenggara.
Bahaya banjir bukan sekadar bencana alam. Ia adalah isyarat bahwa kita telah gagal menjaga titipan.
PENUTUP
Jangan biarkan bumi Aceh Tenggara, yang dijuluki Bumi Sepakat- Segenap ini, terus menjerit. Jangan biarkan anak cucu kita mewarisi kerusakan yang kita biarkan hari ini.
Ayo kita ambil bagian dalam menyelamatkan hutan. Karena menjaga hutan berarti menjaga ekosistem, dan kehidupan. Dan tanggung-jawab ini, adalah milik kita bersama. Semoga…!!! 🔥🔥🔥👍👍👍🙏🙏🙏
Penulis: Wartawan media online Indonesia Post, dan Pengamat lingkungan.